Perjanjian Hudaibiyah yang lahiriahnya tampak merugikan pihak kaum muslimin, akhirnya terbukti menjadi pintu kemenangan yang besar. Banyak hikmah yang bisa dipetik dari peristiwa ini.
Setelah perjanjian tersebut disepakati, para sahabat bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam: “Wahai Rasulullah, (haruskah) kami setujui hal ini?” Beliau pun bersabda:
مَنْ أَتَاهُمْ مِنَّا فَأَبْعَدَهُ اللهُ، وَمَنْ أَتَانَا مِنْهُمْ فَرَدَدْنَاهُ إِلَيْهِمْ جَعَلَ اللهُ لَهُ فَرَجًا مَـخْرَجًا
“Barangsiapa yang datang kepada mereka dari pihak kita, (semoga) Allah Subahanahu wa Ta'ala menjauhkannya. Dan barangsiapa dari (pihak) mereka yang datang kepada kita, lalu kita kembalikan kepada mereka, (semoga) Allah jadikan untuknya kelapangan dan jalan keluar.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Dan memang, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam begitu mudahnya menerima ketentuan dari Suhail karena di dalamnya terdapat upaya-upaya pengagungan hurumatillah, dengan terjaganya darah. Apalagi beliau telah menegaskan:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لاَ يَسْأَلُونِي الْيَوْمَ خُطَّةً يُعَظِّمُونَ بِهَا حُرُمَاتِ اللهِ إِلاَّ أَعْطَيْتُهُمْ إِيَّاهَا
“Demi Dzat yang jiwaku di Tangan-Nya, tidaklah mereka memintaku satu perkara yang mereka agungkan padanya kehormatan (hurumat) Allah melainkan aku berikan kepada mereka.”
Akhirnya, berlakulah perjanjian besar tersebut yang Allah Subahanahu wa Ta'ala namakan sebagai Al-Fath (kemenangan). Kaum muslimin sendiri tidak senang dengan perjanjian tersebut ketika mengira dalam butir-butir perjanjian itu terkandung penghinaan terhadap kaum muslimin. Mereka tidak melihat adanya kemaslahatan besar di balik perjanjian itu.
Sahl bin Hunaif mengisahkan: “Curigailah akal (ra’yu) karena sungguh, aku lihat, dalam peristiwa Abu Jandal (anak Suhail bin ‘Amru) seandainya aku mampu membantah keputusan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pastilah sudah aku bantah.”
Perjanjian tersebut kemudian justru menjadi satu kemenangan, karena adanya kemaslahatan seperti keleluasaan bagi kaum muslimin untuk mendakwahkan Islam ke seluruh kabilah Arab. Bahkan kemenangan paling besar yang dengan sebab inilah semakin tersebarnya ajaran Islam. Dakwah berjalan tanpa gangguan, manusia pun mulai masuk Islam secara berbondong-bondong.
Padahal sebelumnya, kaum muslimin tidak mampu berdakwah di luar daerah yang penduduknya telah masuk Islam seperti kota Madinah dan sekitarnya. Sementara orang-orang yang masuk Islam dari penduduk Makkah dan wilayah musyrikin lainnya, selalu diintimidasi. Oleh karena itu pula, mereka yang masuk Islam, berjihad dan berinfaq sebelum Fathu Makkah lebih besar pahalanya dan lebih tinggi derajatnya dibandingkan mereka yang masuk Islam, berjihad, dan berinfaq sesudah perjanjian Hudaibiyah. Namun bagaimanapun juga, mereka semua dijanjikan surga oleh Allah Subahanahu wa Ta'ala sebagaimana firman-Nya:
وَمَا لَكُمْ أَلاَّ تُنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللهِ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ لاَ يَسْتَوِي مِنْكُمْ مَنْ أَنْفَقَ مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ أُولَئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِنَ الَّذِينَ أَنْفَقُوا مِنْ بَعْدُ وَقَاتَلُوا وَكُلاًّ وَعَدَ اللهُ الْحُسْنَى وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Dan mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian hartamu) pada jalan Allah, padahal Allah-lah yang mempusakai (mempunyai) langit dan bumi? Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Makkah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Hadid: 10)
Ayat ini menegaskan betapa mulia kedudukan para sahabat g di mana Allah Subahanahu wa Ta'ala persaksikan keimanan mereka dan menjanjikan surga bagi mereka. (Tafsir As-Sa’di hal. 839)
Sebuah keutamaan yang tidak mungkin didapatkan oleh orang-orang yang datang sesudah mereka, sehebat apapun amalan mereka. Bahkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, menegaskan kemuliaan tersebut:
لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِي، لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِي، فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا أَدْرَكَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيفَهُ
“Janganlah kalian mencaci-maki para sahabatku. Janganlah kalian mencaci-maki para sahabatku. Demi Dzat yang jiwaku di Tangan-Nya, seandainya salah seorang dari kalian menginfakkan emas sebesar gunung Uhud, niscaya tidak mencapai satu mud (infaq) salah seorang dari mereka, bahkan tidak pula separuhnya.”
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda tentang para sahabat yang ikut dalam peristiwa Hudaibiyah:
لاَ يَدْخُلُ النَّارَ أَحَدٌ مِمَّنْ بَايَعَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ
“Tidak akan masuk neraka satu pun yang berbai’at di bawah pohon ini (bai’atur ridhwan).” (HR. Muslim, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi)
Allah Subahanahu wa Ta'ala juga menerangkan bahwa Dia ridha kepada mereka, mengetahui isi hati mereka serta memberikan kemenangan buat mereka.
Barang2 Giler Punyer Murah....Mana nak dapat hoi
11 years ago